04 Mar 2024
Dalam dunia teknologi informasi yang terus berkembang, kebutuhan akan aplikasi yang skalabel, responsif, dan mudah dikelola semakin penting. Untuk mengatasi tantangan ini, banyak organisasi beralih ke arsitektur perangkat lunak yang disebut "microservices". Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi apa itu aplikasi microservices, manfaatnya, serta implementasi teknologi microservices pada dunia bisnis.

Microservices adalah pendekatan pengembangan perangkat lunak di mana aplikasi dibangun sebagai kumpulan berbagai layanan yang kecil, berdiri sendiri, dan fokus pada satu fungsi tertentu. Setiap layanan (microservice) berjalan sebagai proses yang terpisah dan dapat diimplementasikan, dikelola, dan diubah secara independen. Arsitektur microservices berbeda dengan monolit, di mana seluruh aplikasi tergabung dalam satu aplikasi tunggal.
Skalabilitas: Dengan memisahkan fungsi-fungsi aplikasi ke dalam layanan yang mandiri, microservices memungkinkan skalabilitas horizontal, di mana Anda dapat menambahkan atau mengurangi fitur dari layanan tertentu sesuai dengan kebutuhan.
Contoh: Ketika sebuah aplikasi e-commerce memperkirakan akan terjadi lonjakan traffic user selama periode penjualan tertentu, seperti tanggal kembar (11.11 atau 6.6) pada marketplace di Indonesia, mereka dapat dengan mudah memfokuskan lebih banyak instance dari layanan pembayaran atau manajemen inventory untuk menangani lonjakan dalam volume transaksi.
Fleksibilitas: Setiap layanan dalam arsitektur microservices dapat menggunakan teknologi yang paling sesuai untuk kebutuhan spesifiknya. Ini memungkinkan tim pengembangan untuk memilih bahasa pemrograman, database, dan alat yang paling tepat untuk tugas yang dihadapi dan tujuan yang ingin dicapai.
Contoh: Dalam sebuah aplikasi SaaS (Software as a Service), tim pengembangan dapat memilih untuk menggunakan bahasa pemrograman yang berbeda untuk layanan penjadwalan tugas dan pengelolaan pengguna, sesuai dengan kebutuhan spesifik masing-masing layanan.
Pengembangan Lebih Cepat: Dengan memisahkan aplikasi menjadi komponen yang lebih kecil, tim pengembangan dapat bekerja secara independen pada setiap layanan. Ini memungkinkan untuk siklus pengembangan yang lebih cepat dan mempercepat waktu rilis produk ke pasar. Pada arsitektur software monolith yang konvensional jika diinginkan suatu perubahan maka semua fitur yang ada akan ikut berhenti sampai seluruh proses pengembangan selesai.
Contoh: Dalam sebuah platform media sosial, tim pengembangan dapat bekerja pada fitur-fitur seperti posting gambar, komentar, dan notifikasi secara terpisah. Hal ini memungkinkan mereka untuk merilis pembaruan untuk setiap fitur secara independen, tanpa mengganggu pengembangan fitur lainnya.
Mudah dikelola: Microservices memfasilitasi manajemen dan pemeliharaan aplikasi yang lebih mudah. Setiap layanan dapat dikelola secara terpisah, memungkinkan pembaruan atau perbaikan tanpa mempengaruhi bagian lain dari aplikasi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa jika menggunakan arsitektur monolith maka jika melakukan perubahan maka seluruh aplikasi akan berhenti berfungsi.
Contoh: Dalam sebuah aplikasi perbankan, tim pengembangan dapat memperbarui layanan otentikasi pengguna tanpa memengaruhi layanan lain seperti transfer dana atau pembayaran tagihan.
Contoh Penerapan Microservices:
Netflix: Netflix adalah salah satu contoh utama penggunaan microservices dalam industri hiburan. Mereka menggunakan arsitektur microservices untuk memisahkan berbagai fungsi dalam platform mereka, seperti manajemen konten, manajemen pengguna, pemrosesan pembayaran, dan rekomendasi konten. Dengan pendekatan ini, Netflix dapat meningkatkan skalabilitas, meningkatkan kinerja, dan memungkinkan pengembangan dan penyebaran fitur baru dengan cepat.
Spotify: Spotify menggunakan microservices untuk mengelola berbagai aspek platform streaming musik mereka. Misalnya, mereka memiliki layanan terpisah untuk manajemen akun pengguna, pencarian musik, pemutaran musik, dan rekomendasi lagu. Dengan cara ini, Spotify dapat memberikan pengalaman pengguna yang responsif dan personalisasi, serta mengelola jutaan pengguna dengan efisien.
Tokopedia: Tokopedia menggunakan microservices untuk memisahkan berbagai layanan dalam platform e-commerce mereka, seperti manajemen pesanan, manajemen inventaris, proses pembayaran, dan penanganan logistik. Dengan pendekatan ini, Tokopedia dapat mengelola skala operasional yang besar dan meningkatkan fleksibilitas dalam mengembangkan dan menyempurnakan layanan mereka.
Gojek: Gojek menggunakan microservices untuk memisahkan berbagai komponen dalam platform mereka, seperti manajemen pengguna, penjadwalan perjalanan, penugasan pengemudi, dan pembayaran. Dengan arsitektur microservices, Gojek dapat mengelola jutaan perjalanan setiap hari dengan cepat dan efisien, serta mengadaptasi platform mereka sesuai dengan lonjakan kenaikan permintaan.
RedDoorz: RedDoorz menggunakan microservices untuk memisahkan berbagai fitur dalam platform pemesanan akomodasi mereka, seperti pencarian tempat menginap, reservasi, pembayaran, dan manajemen ulasan. Dengan pendekatan ini, Airbnb dapat memberikan pengalaman pengguna yang responsif dan personal, serta mengelola skala operasional yang besar dengan efisien.
Selain memberi layanan terbaik pada konsumen, LUMEN TEKNOINDO akan terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi untuk memenuhi kebutuhan Teknologi Instansi anda.
Informasi lebih lengkap silahkan Download Company Profile dibawah
Jl. Dusun Penen No. 1a, Penen, Donoharjo, Ngaglik, Sleman, D.I Yogyakarta 55581
info@lumenteknoindo.co.id
+6287732994755